Tugas Analisis 'Sambutan Rakyat Boyolali Terhadap Proklamasi'

A. Latar Belakang 
Rakyat di daerah-daerah mulanya tidak percaya bahwa Indonesia telah merdeka. Namun, setelah yakin akan kebenaran berita itu, luapan kegembiraan muncul di mana-mana. Di Jawa Tengah berita Proklamasi diterima melalui radio Domei Sementara. Oleh Syarief Sulaiman dan M.S. Mintarjo berita tersebut dibawa ke gedung Hokokai yang saat itu sedang dilaksanakan sidang di bawah pimpinan Mr. Wongso Negoro. Setelah copy teks Proklamasi dibacakan, para peserta sidang bertepuk tangan penuh gembira, kemudian secara serentak mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya. Berita Proklamasi kemudian disiarkan lewat radio Semarang. Masyarakat Jawa Tengah dengan cepat dapat menerima berita tersebut. Kemudian, pada tanggal 19 Agustus 1945, diadakan rapat raksasa untuk menguatkan pengumuman pengambilan kekuasaan di Semarang. Setelah itu, di daerah Brebes, Pekalongan, dan Tegal terjadi pemberontakan. Rakyat di tiga daerah tersebut menyerang para pamong praja dan pegawai pemerintah yang dianggap sebagai penyebab kesengsaraan rakyat. Di daerah-daerah luar Jawa berita Proklamasi terlambat diterima oleh rakyat. Hal ini disebabkan karena sarana komunikasi yang cukup sulit. Di Medan, berita Proklamasi dibawa oleh Teuku Moh. Hasan yang diangkat sebagai gubernur daerah Sumatera. Mendengar berita ini, kemudian dipelopori oleh Achmad Tahir dibentuk Barisan Pemuda Indonesia. Pada tanggal 4 Oktober, mereka berusaha mengambil alih gedunggedung pemerintahan dan merebut senjata dari tangan Jepang. Di daerah-daerah lain pun melakukan penyambutan yang tidak jauh berbeda, yakni sebagai berikut: 
a. Mula-mula rakyat tidak percaya terhadap adanya berita Proklamasi. 
b. Luapan kegembiraan rakyat menyambut kemerdekaan Indonesia. 
c. Mengadakan rapat-rapat raksasa. 
d. Para pemuda membentuk angkatan muda Indonesia. 
e. Upaya pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang. 
f. Upaya merebut gedung-gedung dan kantor pemerintahan. 
g. Merebut persenjataan dari tangan Jepang. h. Tekad untuk tetap mempertahankan kemerdekaan. 

B. Pembahasan 
Masyarakat Boyolali setelah mendengar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 melakukan serangan pembalasan diseluruh pangkalan Jepang. Kerena posisi makin tersedak, maka Jepang bersiap – siap membuat pertahanan terakhir dan membuat persembunyian di daerah – daerah jika sewaktu – waktu sekutu berhasil menguasainya. Pada situasi yang demikian itu Boyolali dijadikan tempat pertahanan dan perlindungan, bahkan mungkin untuk seluruh Karesidenan Surakarta dipusatkan di Boyolali. Tempat – tempat pertahanan maupun persembunyian itu antara lain : 
1. daerah Kecamatan Musuk : di Tampir, Gares, Sukorame,. Tempat ini digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan bermacam – macam kebutuhan harian. 
2. kecamatan Cepaga, dibuat goa – goa yang dapat membuat beribu – ribu orang. Gua itu terletak di lereng gunung Merapi bagian Timur. 
3. Kecamatan Nogosari : Glonggong, Gunung Madu terdapat gua – gua untuk menyimpan senjata. 
4. Bangak, Kecamatan Banyudono, terdapat gudang mesin 
5. Bulu, Simo, Wonosegoro, juga dibuat gua – gua untuk persiapan gerilya, serta di Teras dibuat persiapan lapangan terbang. (Sarjono,11-10-1981;Mandani 16- 10-1981). 
Dalam membuat pertahanan, Jepang menggunakan tenaga rakyat secara paksa dibawah todongan senjata tentara Jepang. Mereka hanya diberi makan sehari sekali dengan setengah panci grontol jagung ( Soewarso, 1976 : 27). Oleh karena itu tidak mengherankn apabila beratus-ratus rakyat meninggal dunia dalam melakukan kerja paksa tersebut. Tidak mengherankan pula kalau kejadian tersebut menimbulkan rasa dendam yang membara dihati rakyat, yang pada suatu saat bisa meledak menjadi satu perlawanan terhadap kekuasaan pendudukan tentara Jepang. Dalam hal ini peranan pemuda memegang peranan penting di dalam perebutan kekuasaan di daerah boyolali. Walaupun setelah menggunakan segala cara dan usaha, akhirnya Jepang bertekuk lutut pada sekutu secara resmi pada 15 Agustus 1945. Tetapi di derahdaerah, pelaksannan penyerahan kekuasaan tersebut tidak segera berjalan lancar dan mudah. Begitu pula setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dua hari setelah kekalahan Jepang. Usaha menegakkan Negara Republik Indonesia ini ternyata tidak mudah. Tentara Jepang masih tidak percaya bahwa negaranya sudah menyerah kalah pada sekutu. Itulah sebabnya mereka tetap mempertahankan kekuasaannya di Indonesia. Berita tentang persiapan Proklamasi Kemerdekaan telah dapat diketahui oleh para tokoh pemuda Boyolali, utusan pemuda Markas Besar Barisan Pelopor jakarta, yaitu Supeno, tanggal 16 Agustus 1945. Jadi sehari sebelum Proklamasi dicetuskan (Mandani, 16-10-1981; Harbuntalib, catatan pribadi, 17-10-1974) Menyambut adanya berita proklamasi dari Jakarta, para pemuda Barisan Pelopor dan Poetra Boyolali berkumpul di rumah Mandani untuk menyusun rencana kerja yang akan dilakukan. Berita proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 diterima terlambat oleh daerah, karena alat-alat perhubungan pada masa itu sulit dan mendapatkan rintangan dari pemerintah Jepang. Di Boyolali karena sebelumnya telah mendapatkan berita, maka pada 17 Agustus 1945 para pemuda dengan radio yang disimpan secara rahasia di Barisan Pelopor, dapat mengikuti Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta ( Mandani, 16- 10-1981). Markas Cabang Barisan Pelopor di Boyolali berpusat dirumah Amongwardoyo, jalan Merbabu Boyolali. Dengan radio gelap itulah para anggota Barisan Pelopor mengetahui pidato Bung Karno tentang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Berita itu segera disiarkan dengan bantuan dari Angkatan Muda Indonesia (AMI). Pada tanggal 19 Agustus 1945 ada seorang pemuda dari Sala bernama Indromarjoko, memberikan plakat-plakat tentang kemerdekaan dan Lencana Merah Putih untuk ditempelkan pada dinding gedung-gedung di tepi jalan. Dengan tindakan demikian berarti memberikan penerangan kepada masyarakat tentang telah adanya proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Disamping itu para pemuda secara sepontan mengibarkan bendera merah putih yang pertama kali di halaman kantor kabupaten, setelah didahului dengan penurun bendera Jepang. Pengibar benderanya : Mandani dan Amongwardoyo dengan disaksikan oleh RNg.Swonopranoto, Harbuntalib, Soebagiyo, Sutrisno, Kunto Sudarsono, dan beberapa orang yang lain ( Wardoyo, 26-10-1981; Mandani, 16-10- 1981; Sutrisno 23-01-1982) Pada sore harinya bendera diturunkan oleh bipati Boyolali RT Reksonagoro. Bahkan karena adanya ultimatum dari bupati tersebut maka pengibran bendera merah putih dipindahkan kesebelah selatan Benteng Renovatum, yang sekarang bernama lapangan Olahraga Kridanggo. Piket penjagaan bendera diadakan dan diatur secara terus menerus bergiliran. Dengan adanya larangan pengibaran bendera tersebut kiranya justru merupakan cambuk tumbuhnya semangat nasional merebut pemerintahan dari tangan Jepang ( Sastosuroso, 16-02-1982) Hal tersebut terbukti, karena tidak lama kemudian terjadi peristiwa “ penyerobotan kekuasaan “dari tangan Bupati Rt Reksonagoro oleh para pemuda. Memang pelaksanaan menegakkan pemerintahan Republik di daerah Boyolali yang dialkukan oleh para pemuda menghadapi dua hal yang harus segera diatasi, yaitu : pengambilan alihan kekuasaan dari pemerintah Pangreh Praja kasunanan dan pemindahan kekuasaan dari tangan Jepang. 

C. Kesimpulan 
Masyarakat Boyolali menyambuut baik adanya proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena masyarakat Boyolali menganggap proklamasi sebagai akhir dari penjajahan dan awal mula membentuk suatu bangsa yang baru. Sambutan yang dilakukan dengan berbagai bentuk seperti merebut berbagai instalasi penting dari Jepang dan melakukan perlawa nan-perlawanan penting.

Kelompok :
1. Kurnia Safitri
2. Annisa Mulya
3. Salsabila Ranasanti

Terimakasih telah mengunjungi dan membaca blog kami. ^_^

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

SEJARAH PERKEMBANGAN VOC

Perang Teluk I dan Perang Teluk II

Konflik Yugoslavia