Pattimura
Pattimura
Oleh :
Afredo Yudha A (02)
Beta Nanda M (07)
Daffa Yudha P (09)
Indah Amarani S (14)
Intan Pawestri N (15)
Mierta Ivani C (18)
Pulung Punjung L (20)
Latar
Belakang Perlawanan Pattimura
Perlawanan Pattimura terjadi
di Sapura, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon. Sebab-sebab terjadinya
perlawanan :
a) Kembalinya pemerintahan kolonial
Belanda di Maluku dari tangan Inggris.
b) Pemerintahan kolonial Belanda
memberlakukan kembali penyerahan wajib dan kerja wajib yang sudah dihapuskan
oleh Inggris.
c) Pemerintahan kolonial Belanda
mengeluarkan uang kertas sebagai pengganti uang logam yang sudah berlaku di
Maluku, yang menambah kegelisahan rakyat.
d) Belanda mulai menggerakkan tenaga dari
kepulauan Maluku untuk menjadi tentara Belanda.
Tokoh-tokoh perlawanan Rakyat Maluku
1. PATTIMURA
Pattimura atau Thomas Mattulessy (lahir di Haria, pulau Saparua, Maluku, 8 Juni
1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun).Pada tanggal 15 Mei 1817,
suatu pertempuran yang luar biasa terjadi. Sebagai panglima perang, Kapitan
Pattimura mengatur strategi perang bersama para asistennya. Sebagai pemimpin
dia berhasil mengkoordinir raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan
membangun benteng-benteng pertahanan.
2.
ANTHONE RHEBOK
Anthone Rhebok Kapten orang Borgor, salah satu dari
keempat pahlawan dalam perang Pattimura pada tahun 1817 yang dipimpin oleh
Thomas Matulessy Kapitan Pattimura. Anthone Rhebok bersama Thomas Matulessy dan
pasukan rakyat merebut benteng Duurstede dan memimpin pertempuran melawan
ekspedisi tentara Belanda di pantai Waisisil di Pulau Saparua. Anthone Rhebok
juga diserahi tugas oleh Thomas Matulessy untuk mengatur pertahanan rakyat di
Pulau Nusalaut dan merebut benteng Belanda yaitu Beverwijk di Sila Leinitu. Ia
juga aktif di medan-medan pertempuran di Pulau Saparua dan sekitarnya.
3.
KAPITAN PAULUS TIAHAHU
Kapitan Paulus Tiahahu adalah seorang kapitan perang dari Negeri Abubu di Pulau Nusalaut yang turut dalam perang Pattimura tahun 1817. Paulus dan Anthony Reebok ditugaskan Pattimura untuk mengatur pertahanan di
Nusalaut. Bersama-sama dengan pasukan rakyat ia merebut benteng Beverwijk di
Negeri Sila Leinitu. Pasukan Belanda di benteng tersebut disergap
dan dibunuh. Para pejuang dari Nusalaut mengambil bagian pula dalam
pertempuran-pertempuran diSaparua, Haruku dan Jazirah Hatawano di Pulau Saparua. Paulus Tiahahu beserta raja-raja dan pati di
Pulau Nusalaut ikut menandatangani Proklamasi Haria di Baileu Haria tanggal 28 Mei 1817. Pertempuran heroik di Front Ouw Ullath berakhir dengan kekalahan
pejuang-pejuang rakyat. Kapitan Paulus Tiahahu, putrinya Martha Christina, Raja
Hehanussa dari Negeri Titawaai, Raja Ullath dan Pati Ouw tertangkap. Mereka dibawa ke kapal perang “Everstsen”.
Di kapal ini para pejuang bertemu dengan Thomas Matulessy dan para tawanan lainnya. Sesudah diinterogasi, Buyskes
menjatuhkan hukuman mati terhadap Paulus Tiahahu, wafat di Nusalaut, 17 November 1817
4.
MARTHA CHRISTINA TIAHAHU
Martha Christina
beliau juga pernah turut berperan dalam pertempuran melawan belanda di pulau
Saparua tepatnya didesa Ouw, Ullath. Dalam pertempuran di Saparua, Martha
Christina Tiahahu juga mencatat bahwa dirinya juga mampu memimpin para pejuang
wanita lainnya untuk mendampingi para pejuang pria dalam misi perebutan wilayah
maluku dari Belanda. Pada pertempuran tersebut Richemont, seorang pimpinan
perang belanda dapat dibunuh oleh pasukan Martha Cristina.
Dengan kematian
pemimpin Belanda, penjajah semakin brutal dalam menekan dan menyerang rakyat
Maluku. Dikarenakan belanda menggunakan persenjataan lengkap, Pasukan Maluku
dapat di dikalahkan. Sebagai konsekuensinya Ayah Martha Christina kapitan Paulus Tiahahu ditangkap dan akan
dijatuhi mati.
Martha Christina Tiahahu, srikandi dari tanah Maluku.
Meski masih sangat belia, ia dikenal baik di kalangan para pejuang dan
masyarakat sampai di kalangan musuh sebagai gadis pemberani dan konsekuen
terhadap cita-cita perjuangannya. Dalam
perjuangannya, Martha Christina juga turut berperan dalam pertempuran melawan
belanda di pulau Saparua tepatnya didesa Ouw, Ullath.
Di tengah keganasan pertempuran itu, Martha Christina
tampil memberikan kobaran semangat kepada pasukan Nusa Laut untuk menghancurkan
musuh. Pekikan semangat Martha telah membakar semangat kaum perempuan untuk
turut mendampingi kaum laki-laki di medan pertempuran. Baru di medan ini
Belanda berhadapan dengan kaum perempuan fanatik yang turut bertempur.
Comments
Post a Comment