Perlawanan Mataram terhadap VOC


Anggota Kelompok 4 :
1.      Anisa Nurul A.             (04)
2.      Annisa Mulya A.         (05)
3.      Beta Nanda M.             (07)
4.      Indah Amarani S.         (14)
5.      Mierta Ivani C.             (18)
6.      Pulung Punjung L.       (20)
Latar Belakang
  1. tindakan monopoli yang dilakukan VOC,
  2. VOC sering menghalang-halangi kapal-kapal dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka,
  3. VOC menolak untuk mengakui kedaulatan Mataram, dan
  4. keberadaan VOC di Batavia telah memberikan ancaman serius bagi masa depan Pulau Jawa.
  5. Cita cita sultan Agung untuk menyatukan Jawa di bawah Mataram bertentangan dengan misi utama VOC untuk memonopoli nusantara
Proses Terjadinya Perlawanan
Serangan Pertama

Serangan pertama dilakukan tahun 1628. Pertengahan bulan Agustus 1628, secara tiba-tiba armada Mataram muncul di perairan kota Batavia. Mereka segera menyerang benteng VOC. Panglima-panglima Sultan Agung antara lain:

1)   Tumenggung Baurekso.
2)   Tumenggung Sura Agul-agul.
3)   Kyai Dipati Manduro-Rejo.
4)   Kyai Dipati Uposonto.

Dalam perlawanan tersebut, Tumenggung Baurekso gugur beserta putranya. Pasukan Sultan Agung menggunakan taktik perang yang tinggi, antara lain dengan membendung Sungai Ciliwung, (seperti waktu penyerangan di Surabaya). Namun penyerangan kali ini mengalami kegagalan. Akhirnya pasukan Sultan Agung terpaksa mengundurkan diri.

Meskipun gagal, tetapi tidak membuat patah semangat Sultan Agung dan pasukannya, para bangsawan serta rakyatnya. Kemudian disusunlah strategi baru untuk persiapan serangan kedua.




Serangan Kedua

Serangan kedua pada tahun 1629, dengan perencanaan yang lebih sempurna, antara lain:

1)   Persenjataan dilengkapi dengan senjata api dan meriam.
2)   Pasukan berkuda dan beberapa gajah.
3)   Persediaan makanan yang cukup dan pengadaaan lumbung-lumbung padi di Tegal dan Cirebon.

Serangan kedua ini berhasil menghancurkan benteng Hollandia dan menewaskan J.P. Coen sewaktu mempertahankan  benteng Meester Cornellis. Karena banyak pasukan yang tewas, daerah itu dinamakan Rawa Bangke.

Rupanya, VOC dapat mengetahui tempat lumbung padi di Tegal dan Cirebon. Kemudian lumbung-lumbung dibakar. Akibatnya serangan kedua ini juga mengalami kegagalan.

Kedua serangan yang gagal ini tidak membuat Sultan Agung putus asa. Beliau telah memikirkan untuk serangan selanjutnya. Tetapi sebelum rencananya terwujud, Sultan Agung meninggal dunia (1645).

Kegagalan yang menyebabkan kekalahan itu, antara lain:

1)   Terlalu lelah karena jarak Mataram ( Yogyakarta) - Batavia (Jakarta) sangat jauh. sehingga mereka perlu naik bus AKAP.
2)   Kekurangan persediaan makanan (kelaparan) karena lumbung padi yang dipersiapkan Mataram telah diketahui VOC dan dihancurkan.
3)   Kalah dalam persenjataan, VOC memiliki senjata api yang lebih lengkap.
4)   Banyak yang meninggal dari pihak Mataram yang diakibatkan penyakit malaria. 

Akibat
Perlawanan pasukan Sultan Agung terhadap VOC memang mengalami kegagalan. Tetapi semangat dan cita-cita untuk melawan dominasi asing di Nusantara terus tertanam pada jiwa Sultan Agung dan para pengikutnya. Sayangnya semangat ini tidak diwarisi oleh raja-raja pengganti Sultan Agung. Setelah Sultan Agung meninggal tahun 1645, Mataram menjadi semakin lemah sehingga akhirnya berhasil dikendalikan oleh VOC.

Sebagai pengganti Sultan Agung adalah Sunan Amangkurat I. Ia memerintah pada tahun 1646 -1677. Ternyata Raja Amangkurat I merupakan raja yang lemah dan bahkan bersahabat dengan VOC. Raja ini juga bersifat reaksioner dengan bersikap sewenang-wenang kepada rakyat dan kejam terhadap para ulama. Oleh karena itu, pada masa pemerintahan Amangkurat I itu timbul berbagai perlawanan rakyat. Salah satu perlawanan itu dipimpin oleh Trunajaya.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Perang Teluk I dan Perang Teluk II

Manusia Purba di Afrika

Konflik Yugoslavia